Monday, September 10, 2007

The Treasure Hunt (Or Some Sort...)

ANNOUNCEMENT

Blog baruku sudah dibuka.

Sekarang masalahnya adalah: di mana blog itu berada?
Apa URL barunya?

Inilah tantangannya: Bisakah kalian menebaknya?

Bagi kalian yang merasa tertantang logikanya, silakan mencoba mencari!

CLUES:
- Masih di-host oleh blogspot
- Memakai satu kata yang sama dari URL yang sekarang
- Terdiri dari dua kata yang disambung tanpa tanda apa pun
- Posisi kata yang sama tersebut tetap (kalau sekarang letaknya di depan, berarti di URL baru juga tetap di depan)

Selamat mencari codename dari file-file tersembunyi ini!
Semoga beruntung!

P.S.: Jika sudah betul-betul desperate, silakan komen atau tanya langsung, tapi serius deh, di mana asyiknya itu?

P.P.S.: Sebetulnya gampang sekali kok.
Dari postingan ini saja, praktis URL-nya sudah diberikan.
Dalam bentuk encoded alias tersembunyi, tentu saja..

But the best place to hide something is sometimes in plain sight.

Sunday, June 03, 2007

When You Know A New Chapter Is Long Overdue

Sudah lama aku berpikir untuk memulai blog baru. Alasannya blog ini sudah terlalu tua.. dan sudah waktunya untuk menutup buku. Mungkin seharusnya aku berhenti menulisnya waktu lulus SMA, supaya jelas pembagian masanya. Tapi karena udah terlanjur.. mungkin aku bisa menutupnya sekarang saja. Memang sih, tadinya kupikir lebih baik menunggu sampai lulus kuliah. Supaya waktu aku menulis di blog baru, itu bisa jadi blog aku yang sudah benar-benar dewasa. Aku yang sudah memasuki dunia kerja (oke, membayangkannya saja cukup menyeramkan. Dan tidak, pekerjaan freelance-kerja-dari-rumah-kapanpun-aku-mau-ku yang sekarang tidak dihitung). Tapi kok rasanya menunggu sampai saat itu masih lamaaaaa sekali. Aku bahkan tidak yakin kapan akan lulus. --;

Blog ini bagian awalnya berisi berbagai entri yang kadang-kadang malu kalau kubaca lagi. Kekanak-kanakan.. dan penuh keluhan (bukannya sekarang kebiasaan itu sudah berhenti). Dan rasanya bukan blog yang pantas kutunjukkan ke dunia sebagai perwakilan diriku lagi. Jadi.. kurasa aku akan menutup blog ini dan menyimpan URL-nya sebagai archive yang bisa dibuka kelak kalau aku mau mengenangnya lagi. Toh blog nggak akan hilang selama aku nggak men-delete-nya (yang tidak akan kulakukan). Lagipula, ada sesuatu yang melekat di blog ini.. bagian dari masa laluku.. yang tidak bisa kulepas. Dan satu-satunya cara untuk melepaskannya adalah dengan membuka blog baru.

Jadi setelah semua ucapan bertele-tele tadi.. dan setelah akhirnya aku nggak update lebih dari sebulan dan bikin Archive bulan Mei bolong.. kupikir inilah saatnya.

Terima kasih atas dukungan kalian semua, dan dukungan kalian masih kuharapkan di blog yang baru. Dengan ini aku menyatakan:

DESPERATE SECRETS IS OFFICIALLY CLOSED
December 22, 2003 - June 03, 2007
This is the finale post.
Thank you for four wonderful years.

OPENING SOON: NEW VERSION (Title is still Classified)
September 3rd, 2007 (approximate date)


Guess this is goodbye.

Dan ya, blog baru akan dimulai bersamaan dengan saat aku menginjak umur seperlima abad (20 tahun untuk mereka yang nilai matematikanya tidak begitu bagus).

See you!

Wednesday, April 25, 2007

A Chaotic Mind of A Future Novelist

Jadi.. sudah jelas bahwa aku ditakdirkan untuk menjadi penulis, bukan pembicara. Walaupun lega karena kelas Public Speaking akhirnya berakhir, aku masih nggak bisa melupakan kekacauan total yang terjadi baik di dalam pikiran maupun yang keluar dalam ucapan waktu pidato demi nilai UAS tadi. Kira-kira begini kejadiannya...

Aku dipanggil. Aku celingak-celinguk untuk melihat apakah ada orang lain bernama sama karena tumben-tumbennya aku nggak dipanggil dengan nama depan seperti yang dilakukan semua dosen. Sialnya, kemudian aku dipanggil lagi dengan nama lengkap, yang berarti memang itu giliranku. Huhuhu. Dasar cewek desperate, jelas-jelas udah nggak ada lagi orang di kelas itu yang bernama sepertimu.

Aku pun mulai berpidato.. atau tepatnya, mengacaukan pidatoku.

“Selamat siang semuanya, pertama-tama saya ingin berterimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berdiri di sini pada hari ini.”

Astaga, baru pembukaan dan aku sudah ngomong terlalu cepat. Dan apa itu terima kasih untuk kesempatan yang diberikan? Aku sama sekali nggak berterimakasih atas “kesempatan” untuk mempermalukan diri sendiri di depan kelas ini.

“Topik yang ingin saya bahas hari ini... blah blah blah.. adalah tentang ujian akhir nasional.. etc etc..”

So far so good.

“Seperti yang kita semua tahu bahwa standar nilai minimum ujian nasional tahun ini adalah...”

Nggak semua orang tahu, dudul. Bukannya kemaren udah diingetin jangan bilang “Seperti yang kita semua tahu”? Kasian kan yang nggak tahu? Kamu aja baru kemaren tahu.

“Penetapan nilai minimum ujian nasional ini berakibat buruk karena murid-murid jadi menganggap.. pelajaran.. belajar-mengajar selama 3 tahun ini..”

Pelajaran belajar-mengajar? Pelajaran belajar-mengajar??

“...seperti terjadinya kecurangan dan kebocoran soal-soal yang sering kita dengar akhir-akhir ini. Misalnya adanya kunci jawaban yang dikirim lewat SMS dan jual-beli soal ujian akhir. Karena itu tahun ini pelaksanaan ujian nasional penuh dengan kecurangan dan kebocoran soal seperti yang sering kita dengar akhir-akhir ini...”

Kenapa diulang lagi “kecurangan dan kebocoran soal seperti yang sering kita dengar akhir-akhir ini”nya, otaaaaak?

“Pentingnya... kenyataan bahwa ujian nasional menjadi sangat penting bagi kelulusan..”

Pelan-pelan. PELAN-PELAN. Ngomongnya cepet bangeeeet.. gak pake rem. Kalo pelan-pelan kan sempet mikir buat kata berikutnya, jadi nggak kacau-balau sembarang keluar gitu.

*nggak bisa ngerem karena panik* “Niat pemerintah untuk meningkatkan standar.. kualitas lulusan SMP dan SMU dengan.. dengan cara meningkatkan nilai minimum..”

Ngomong apa sih lu?

“..malah berakibat buruk, dibuktikan dengan makin meningkatnya jumlah siswa yang tidak lulus tiap tahunnya..”

Data nyolong dari mana, Mbak? Negeri asal-comot-fakta-dalam-keadaan-darurat-panik?

*sang dosen melambaikan tangan sebagai tanda aku sudah mengoceh non-stop dengan kecepatan penuh selama 4 menit*

*otak blank melihat isyarat tersebut, semua informasi melayang keluar seperti burung-burung terbang lepas dengan bahagia ke awan dari sangkar*

Udah empat menit?? EMPAT menit? Tadi kukira bakal cuma makan waktu 2 menit.. sialan. Masih banyak yang mo diomongin. Apalagi yang belom? APA?? CEPETAN.

“..bahkan di sekolah-sekolah di daerah dari 20-30 anak yang mengikuti ujian bisa hanya 1-2 anak yang lulus. Jadi..”

Kesimpulannya. Kesimpulannya. CEPAT.

“..menurut saya, lebih baik pemerintah kembali ke sistem yang dulu dan tidak lagi menggunakan ujian nasional sebagai patokan untuk kelulusan. Itu saja, terima kasih.”

ITU SAJA? ITU SAJA? Memangnya kamu Miranda Priestly di The Devil Wears Prada? Bukannya kemaren latihannya “Sekian, terima kasih”? Kenapa ITU SAJA??

Kelihatannya ada yang bertepuk tangan, tapi aku sudah nggak bisa dengar lagi. Sebodo.. yang penting no more Public Speaking for a while.

Hebat. Aku sangat iri dengan orang-orang yang dilahirkan dengan kemampuan bicara di depan umum. Kelas sialan itu bahkan nggak berisi lebih dari 10 orang.. SEPULUH ORANG! dan kepanikanku sudah seperti kaya disuru pidato kenegaraan.

Oh well. Guess I'm not cut out for this kind of job after all. I'm gonna stick to written stuffs for sure from now on.

Saturday, March 31, 2007

Wake Me Up When The World Ends

Saya lagi pengen ngobrol sama seseorang. (Loh, kok tiba-tiba pake 'saya'? Biarin ah, suka-suka. Lagi mood pake 'saya', protes aja sih.)

Tapi sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 1:31 dini hari, jadi secara lazim (walaupun sebetulnya ini malam Minggu Sabtu, mana semangatnyaaaa?), semua orang sudah tergeletak di tempat tidur masing-masing.

Jadi saya pikir, ya sudah, ngobrol di blog aja. Walaupun itu berarti ngobrol sama diri sendiri. Yang penting saya bisa nulis, nggak apa-apa ah. Lagian blog kan gak bakal rese dan saya bisa curhat sepuas-puasnya.

Akhir-akhir ini saya menghindari beberapa tempat lama yang biasanya saya kunjungi di internet, termasuk blog ini. Dan saya mengunjungi tempat-tempat baru sebagai gantinya. Entahlah, mungkin lagi butuh perubahan. Bosan sama rutinitas yang sama, mengunjungi website yang itu-itu saja. Jadi hasilnya beberapa tempat harus ditelantarkan. Maaf, ya?

Salah satu penyebabnya adalah saya sedang capek. (Kok capek melulu? Biarin! Protes aja!) Tahun 2007 ini kayanya betul-betul berat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sejak awal tahun masalah dan tantangan nggak ada habisnya. Saya sudah tahu dari sejak akhir tahun 2006 bahwa tahun 2007 akan susah. Makanya kemarin saya mengadakan acara taun baruan yang nggak biasa seperti itu (mengundang temen-temen nginep bareng, dan tanpa direncanakan gangguin orang-orang di kamar sebelah). Itu karena saya ingin menikmati saat-saat terakhir tahun 2006 sebelum menghadapi tantangan-tantangan berat tahun 2007.

Dari mana saya tahu tahun 2007 bakal sulit?

Ya, saya tahu aja.

Insting seorang cewek itu tajam, lho.

Tahun ini juga, saya kira saya jatuh cinta lagi. Walaupun saya nggak yakin saya bener-bener jatuh cinta. Kali ini objeknya tidak biasa (bukan, bukan cewek!). Kali ini hubungan saya dan orang itu cukup unik dan agak menantang kalau mau diteruskan. Makanya saya berhati-hati dan tidak main bablas seperti biasa dengan alasan cinta itu buta.

Boleh dibilang, dalam urusan cinta memang saya sudah lebih dewasa. Berhati-hati adalah salah satu buktinya. Lebih banyak mikir, pake logika, bukan mengandalkan hati saja. Dan terbukti bahwa kehati-hatian saya ini benar. Karena sebetulnya sinyal-sinyal yang saya kira selama ini positif, sebetulnya netral-netral saja. Sang objek tidak tertarik pada saya. Dia tertarik pada seseorang lainnya.

Tapi tidak apa-apa. Saya sudah biasa. Lagipula, hubungan unik (bukan, bukan saudara!) tadi memungkinkan saya melupakannya dengan cepat. Dan lagi, saya toh belum yakin saya jatuh cinta. Perasaan yang masih mengambang tidak jelas begitu lebih mudah dihapuskan. Jadi jangan khawatir, saya tidak apa-apa.

If anything, saya lega karena hubungan saya dengannya tetap baik-baik saja, mengingat saya belum dengan bodohnya seperti biasa menyatakan perasaan dengan PD-nya.

Mungkin sebetulnya saya tidak jatuh cinta.

Entahlah.

Kalau kamu nggak mengerti semua ini, tidak apa-apa.

Anggap saja ini hanya sebuah ocehan saya di tengah malam buta.

Wednesday, March 07, 2007

Er...

*tengok kanan-kiri*

Gak ada yang nuntut atau nyariin update kan?

Ya sudah..

Aku toh gak punya energi buat update lagi..

*sigh*

*pundung*

*nutup blog dengan tirai tebal*

Barangkali sampai di sini saja kisah kita....

*ditimpuk*
Desperate Secrets - Secrets of my desperation in life from the past and present

THE DESPERATE

Alias: Cornelia
Age: 19
Gender: Female
Location: Indonesia
Birthdate: 03 Sept 1987
Star Sign: Virgo
Birthstone: Sapphire
Planet: Mercury
Element: Earth
Favorite Color: Lime Green
Obsession: Alias
Occupation: Freelance Translator
University Major: Integrated Marketing Communication
Live Journal: Private Eyes
Graphic Journal: Nocturne Love
Fan Fiction Journal: Three Decades
I am worth $2,045,034

Credits

Design by Ireth Halliwell
Hosted by Blogger
Site Content by Cornelia

Shoutbox



Free Website Counter
Free Website Counter

Powered 
by Blogger