Saturday, March 31, 2007

Wake Me Up When The World Ends

Saya lagi pengen ngobrol sama seseorang. (Loh, kok tiba-tiba pake 'saya'? Biarin ah, suka-suka. Lagi mood pake 'saya', protes aja sih.)

Tapi sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 1:31 dini hari, jadi secara lazim (walaupun sebetulnya ini malam Minggu Sabtu, mana semangatnyaaaa?), semua orang sudah tergeletak di tempat tidur masing-masing.

Jadi saya pikir, ya sudah, ngobrol di blog aja. Walaupun itu berarti ngobrol sama diri sendiri. Yang penting saya bisa nulis, nggak apa-apa ah. Lagian blog kan gak bakal rese dan saya bisa curhat sepuas-puasnya.

Akhir-akhir ini saya menghindari beberapa tempat lama yang biasanya saya kunjungi di internet, termasuk blog ini. Dan saya mengunjungi tempat-tempat baru sebagai gantinya. Entahlah, mungkin lagi butuh perubahan. Bosan sama rutinitas yang sama, mengunjungi website yang itu-itu saja. Jadi hasilnya beberapa tempat harus ditelantarkan. Maaf, ya?

Salah satu penyebabnya adalah saya sedang capek. (Kok capek melulu? Biarin! Protes aja!) Tahun 2007 ini kayanya betul-betul berat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sejak awal tahun masalah dan tantangan nggak ada habisnya. Saya sudah tahu dari sejak akhir tahun 2006 bahwa tahun 2007 akan susah. Makanya kemarin saya mengadakan acara taun baruan yang nggak biasa seperti itu (mengundang temen-temen nginep bareng, dan tanpa direncanakan gangguin orang-orang di kamar sebelah). Itu karena saya ingin menikmati saat-saat terakhir tahun 2006 sebelum menghadapi tantangan-tantangan berat tahun 2007.

Dari mana saya tahu tahun 2007 bakal sulit?

Ya, saya tahu aja.

Insting seorang cewek itu tajam, lho.

Tahun ini juga, saya kira saya jatuh cinta lagi. Walaupun saya nggak yakin saya bener-bener jatuh cinta. Kali ini objeknya tidak biasa (bukan, bukan cewek!). Kali ini hubungan saya dan orang itu cukup unik dan agak menantang kalau mau diteruskan. Makanya saya berhati-hati dan tidak main bablas seperti biasa dengan alasan cinta itu buta.

Boleh dibilang, dalam urusan cinta memang saya sudah lebih dewasa. Berhati-hati adalah salah satu buktinya. Lebih banyak mikir, pake logika, bukan mengandalkan hati saja. Dan terbukti bahwa kehati-hatian saya ini benar. Karena sebetulnya sinyal-sinyal yang saya kira selama ini positif, sebetulnya netral-netral saja. Sang objek tidak tertarik pada saya. Dia tertarik pada seseorang lainnya.

Tapi tidak apa-apa. Saya sudah biasa. Lagipula, hubungan unik (bukan, bukan saudara!) tadi memungkinkan saya melupakannya dengan cepat. Dan lagi, saya toh belum yakin saya jatuh cinta. Perasaan yang masih mengambang tidak jelas begitu lebih mudah dihapuskan. Jadi jangan khawatir, saya tidak apa-apa.

If anything, saya lega karena hubungan saya dengannya tetap baik-baik saja, mengingat saya belum dengan bodohnya seperti biasa menyatakan perasaan dengan PD-nya.

Mungkin sebetulnya saya tidak jatuh cinta.

Entahlah.

Kalau kamu nggak mengerti semua ini, tidak apa-apa.

Anggap saja ini hanya sebuah ocehan saya di tengah malam buta.

Wednesday, March 07, 2007

Er...

*tengok kanan-kiri*

Gak ada yang nuntut atau nyariin update kan?

Ya sudah..

Aku toh gak punya energi buat update lagi..

*sigh*

*pundung*

*nutup blog dengan tirai tebal*

Barangkali sampai di sini saja kisah kita....

*ditimpuk*
Desperate Secrets - Secrets of my desperation in life from the past and present

THE DESPERATE

Alias: Cornelia
Age: 19
Gender: Female
Location: Indonesia
Birthdate: 03 Sept 1987
Star Sign: Virgo
Birthstone: Sapphire
Planet: Mercury
Element: Earth
Favorite Color: Lime Green
Obsession: Alias
Occupation: Freelance Translator
University Major: Integrated Marketing Communication
Live Journal: Private Eyes
Graphic Journal: Nocturne Love
Fan Fiction Journal: Three Decades
I am worth $2,045,034

Credits

Design by Ireth Halliwell
Hosted by Blogger
Site Content by Cornelia

Shoutbox



Free Website Counter
Free Website Counter

Powered 
by Blogger