Sunday, January 28, 2007

Find Me What I Seek

Your Love Type: INFJ

The Protector

In love, you strive to have the perfect relationship.
For you, sex is nearly a spiritual experience, a bonding of souls.

Overall, you have high expectations for any relationship you're in.
However, you tend to hold back a part of yourself.

Best matches: ENTP and ENFP
What's Your Love Type?


Kurasa bagian yang terakhir itu benar. Aku membutuhkan seseorang yang bisa membuatku menjadi diriku sendiri di dekatnya walaupun aku termasuk orang yang susah terbuka dan jadi diri sendiri di dekat seseorang. Jumlah orang-orang yang mengenal diriku yang sebenarnya (yang agak cerewet, agak kacau, nggak ragu mengungkapkan pendapat, dan pada dasarnya cukup bertentangan dengan label introvert yang melekat dalam-dalam di diriku) bisa dihitung dengan jari. Mungkin bahkan nggak sampai sepuluh. Hari ini adalah salah satu hari di mana aku menghabiskannya bersama mereka. Dan rasanya betul-betul membahagiakan, nggak perlu mikir seratus kali sebelom ngomong apa saja dan seenaknya cela sana-sini sambil bercanda dan ketawa ngakak tanpa ditahan-tahan sepanjang hari.. Mau tahu ketawa yang paling enak? Tertawa lepas sampai kepalamu mendongak ke atas.. bahagia sekali rasanya.

Tahukah kamu bahwa naik Bianglala di malam hari itu romantis sekali? Sayangnya tidak mungkin aku bakal pernah bisa naik Bianglala berdua seseorang, sebab menurut sang Operator permainan yang sama nggak jelas dan jayusnya (dan mengaku sebagai salah satu peserta Indonesian Idol setelah menyanyikan lagu tema Dunia Fantasi) dengan semua Operator permainan di Dufan lainnya (aku curiga dibutuhkan bakat tertentu dalam bidang itu untuk mendapatkan pekerjaan tersebut) Bianglala itu harus seimbang, yang berarti satu kereta harus diisi 5-6 orang. Payah juga ya. Kata dia kalo mau berdua-duaan lebih baik naik gajah. Di mana romantisnya coba? Kan lebih romantis naik Bianglala, wahana tertinggi di Dufan dari mana kita bisa melihat seluruh dunia (fantasi) waktu kita sedang di puncaknya (lagi-lagi menurut sang Operator) di malam hari, dilatarbelakangi lampu-lampu dan pemandangan indah. Payah ah, kayanya di film-film mungkin aja tuh naik Bianglala berdua-duaan. Masa di Indonesia doang yang nggak bisa?

Oh well, kurasa tujuan dari entry ini adalah untuk mengatakan, my Prince Charming yang bisa membuatku jadi diri sendiri dan bisa membawaku berdua ke puncak Bianglala.. aku sedang menunggumu. :)

Saturday, January 20, 2007

And So Every Boy In The World Grew Up.. But One

Tahu cerita klasik Peter Pan?

Aku selalu bertanya-tanya kenapa cerita yang satu ini nggak memiliki happy ending. Well, memang kelihatannya seperti happy ending, tapi sebetulnya nggak, kan? Maksudku, Peter Pan kembali ke Neverland dan Wendy kembali ke dunianya.. mereka berpisah dan nggak ketemu lagi sampai waktu yang lama.. sampai Wendy menikah dengan orang lain dan Peter Pan tetap berusia segitu-segitu saja.. they didn't live happily ever after.. at least not together.

Tapi sepertinya nggak ada anak-anak yang sedih karena hal itu. Padahal kalo dipikir-pikir ini termasuk salah satu dari cerita fairy tale yang lebih logis dan realistis (contoh nggak realistis: Little Mermaid jadi manusia dan hidup bahagia bersama Pangeran.. itu agak maksa sebenernya), di mana ketika memang keadaan nggak memungkinkan.. di mana two people belong to different worlds... kenyataannya adalah mereka nggak bisa bersama, as simple as that. Ini sebetulnya cerita fairy tale yang dewasa, kalau dipikir-pikir.

Dulu aku selalu berpikir sama seperti Wendy, bahwa kalo aku kebetulan kesasar ke Neverland, aku pasti tetap ingin pulang, tumbuh dewasa, menikah, punya anak, dan seterusnya. Tapi setelah dipikir lagi.. kenapa pula kita ingin dewasa, menikah, punya anak, dan menjadi tua? Kenapa kita nggak ingin jadi anak-anak selamanya, mengingat masa anak-anak adalah masa yang paling menyenangkan, masa di mana kita paling nggak perlu memusingkan kenyataan-kenyataan hidup yang nggak selalu sesuai dengan keinginan kita, masa di mana nggak ada beban dalam menjalani hari-hari kita, masa di mana segala sesuatu terlihat indah. Kalo kita nggak perlu tumbuh dewasa, menghadapi dunia berat yang sebenarnya, memikul tanggung-jawab, membuat keputusan-keputusan sulit... kenapa kita nggak mau? Bukankah menjadi anak selama-lamanya adalah hal yang menyenangkan? Aku jadi mengerti perasaan Peter Pan sekarang.. tapi kenapa kebanyakan dari kita.. kenapa Wendy memilih untuk pulang? Seandainya dia bisa membawa keluarganya ke sana, maukah dia tinggal?

Ini adalah sebuah pemikiran yang terbentuk waktu aku kebetulan menemukan sebuah foto diriku beberapa tahun lalu, mungkin SD atau SMP, sedang tersenyum lebar dan bergaya spontan di depan kamera. Foto ini membuatku sangat kaget.. menyadari kenyataan bahwa aku hampir nggak mengenali diriku di sana. Seseorang yang ngeliat foto itu pun bilang, "Kamu harusnya selalu senyum kaya gini, kamu lebih cantik kalo senyum lepas kaya gini." Yang membuatku tersadar, sudah lama sekali aku nggak tersenyum seperti itu di foto. Foto-fotoku beberapa tahun terakhir ini jarang yang menampilkan aku tersenyum. Sepanjang yang bisa kuingat, aku memang bukan orang yang suka tersenyum lebar di foto. Tapi waktu melihat foto itu, aku diingatkan, ternyata ada masa-masa aku merasa hidupku nggak ada masalah. Ternyata ada masa di mana aku hanya menikmati hari ini dan nggak mengkhawatirkan kemarin atau besok. Ternyata ada masa di mana dengan spontan aku bisa tersenyum lebar ke kamera yang mengabadikan gambar itu, di mana aku, walaupun nggak berwajah seperti model atau artis, terlihat cantik karena senyum tulus yang benar-benar menggambarkan kebahagiaanku saat itu.

Aku merindukan masa-masa itu.

Sunday, January 14, 2007

The Continuance

Kenapa sih kita sering menyesal di pagi harinya setelah kemarin malam menulis entry super-emo-dramatis-yang-aku-tidak-yakin-kutulis-dengan-sadar-karena-mengungkap-semua-rahasia-terdalamku?

Tapi sudahlah. Akan kubiarkan saja di sana.. kurasa aku hanya capek memenuhi blog ini dengan cerita-cerita bodoh, komentar-komentar sok ceria yang berpura-pura hidupku sempurna dan tidak ada masalah apa-apa.

Ada tujuan khusus dalam update ini. Tapi sekarang aku lupa apa.

Hmmm.... mungkin aku harus berkonsentrasi sebentar.

...................
...................
...................

Aku lapar.

...................
...................
...................

Oh, sudahlah. Nanti kalo inget aku update baru lagi.

Saturday, January 13, 2007

The World, My Life, and The Great Depression

Pernah merasakan stres karena adanya suatu masalah yang kalo nggak diselesaikan dalam beberapa hari bakal mengacaukan hidupmu, tapi setelah kamu mencoba meminta pertolongan ke sana-sini, nggak seorang pun yang bisa/mau membantu kamu dan kamu menemukan jalan buntu yang sama sekali nggak ada jalan keluarnya, padahal detik-detik terus berlalu dan deadline itu terus mendekat dengan menakutkan? Aku pernah. Dan percayalah, rasanya mengerikan, nggak berdaya seperti itu dan nggak tahu apa yang harus dilakukan selain menunggu kekacauan total. Gila, stres macam itu benar-benar melumpuhkan.

Bukan hanya otak nggak bisa berhenti memikirkan hal itu entah apa pun yang sedang kamu kerjakan, tapi juga badan terasa lemes dan kamu bakal merasa nggak sanggup dan nggak mood mengerjakan apa-apa. Rasanya betul-betul lumpuh. Waktu itu terjadi padaku, yang bisa kulakukan selain berusaha sekuat tenaga mencari pemecahannya adalah, akhirnya aku hanya bisa tidur [ajaib sebenarnya aku BISA tidur] karena nggak mampu melakukan apa pun untuk mengalihkan perhatian atau sekedar menghabiskan waktu. Pikiran terfokus pada satu alarm yang berkedip-kedip di dalam otak menandakan bahaya terus mendekat. Aku tahu blog-ku biasanya sedikit melebih-lebihkan, tapi kali ini sama sekali bukan mendramatisir. Kamu akan tahu kalo kamu sudah mengalaminya sendiri.

Akhirnya pada saat-saat aku mengira aku sudah hampir kehilangan kewarasan, bantuan datang dari seorang penyelamat. Kalo itu nggak terjadi, aku nggak tahu apakah aku sanggup bangun dari tempat tidur besoknya. Sungguh sesuatu yang nggak ingin kurasakan lagi seumur hidup. Aku terbiasa selalu in control, mampu mengendalikan hal-hal dan tahu apa yang harus dilakukan. Waktu sesuatu membuatku benar-benar tidak berdaya dan tidak bisa melakukan apa-apa, rasanya betul-betul seperti pukulan berat.

Ingin teriak frustrasi sekeras-kerasnya, tapi takut mengundang orang-orang berlarian dengan panik. Ingin terpuruk sambil menangis sejadi-jadinya, tapi tahu itu nggak akan menyelesaikan apa-apa. Aku betul-betul merasa mual dan sampai agak sesak napas. Butuh menarik napas dalam berkali-kali untuk menjaga kewarasan.

Aku mengerti perasaan Bree yang selalu ingin tampak sempurna, seakan dia selalu bisa menguasai keadaan dan begitu in control. Aku mengerti bagaimana itu membuatnya hampir lost her mind saat semua orang meninggalkannya. Aku mengerti bagaimana dia merasa sendirian dan nggak bisa jadi dirinya sendiri di depan semua orang. Aku mengerti bahwa dia butuh seseorang yang tahu bahwa dia TIDAK sempurna, dan mengerti segala kelemahannya, dan kepada siapa dia bisa menjadi diri sendiri.

Aku juga membutuhkan seseorang seperti itu. Dan dengan kesadaran yang mengejutkan bahwa aku ternyata belum punya orang seperti itu [terhadap sahabat-sahabatku juga aku nggak bisa mengungkapkan bahwa hei, aku sedang dalam masalah, aku sebenernya nggak kuat menghadapi ini, aku sebetulnya nggak mampu.. aku nggak sehebat yang kalian kira.. aku selemah INI] aku memutuskan untuk menulis pernyataan ini di sini.. tidak ditujukan kepada seseorang yang khusus.. tapi setidaknya aku menuliskannya di tempat di mana seluruh dunia bisa membacanya.. apakah mereka mau atau tidak itu terserah.. paling tidak aku sudah melemparkan ini ke luar sana.. dan nggak ada lagi yang bisa menuduhku menyimpan semuanya sendiri.

Ya, aku nggak selalu bisa mengatasi segalanya. Ya, aku punya masalah-masalah yang kelihatan sepele bagi semua orang lain tapi aku kesulitan menghadapinya. Aku NGGAK baik-baik saja. Hidupku saat ini sedang nggak bahagia. Aku punya masalah. Aku butuh pertolongan. Kata orang, mengakui bahwa kamu punya masalah sudah merupakan satu langkah menuju penyelesaian. Kalau kamu mau tahu apa masalahnya, aku akan bertanya kepadamu; apakah kamu berniat membantu?

There, you have it. My deepest confession of the year.

Wednesday, January 10, 2007

A Good Dose of Some Randomness

Pelajaran yang didapat kemarin: Jangan pernah berendam air panas lagi. Terutama kalau cuacanya sedang panas. Memang, kalo lagi pilek rasanya enak sekali, dan entah kenapa kalo dilakukan di hotel rasanya juga nikmat sekali, tapi pokoknya jangan lakukan itu di rumah. Rasanya betul-betul seperti di sauna.

Omong-omong soal panas, ke mana semua hujan itu pergi?? Sejak tahun baru kelihatannya belom hujan sedikit pun. Seingetku tanggal 30 Desember kemaren masih hujan deras, tapi waktu aku terbangun di tanggal 1 Januari, langit kembali cerah dan panas. Ada apa sih? Jangan-jangan hujannya tahu ini sudah tahun baru dan dia menyingkir karena sejak dulu aturannya musim hujan hanya di bulan-bulan yang berakhiran '-ber'? Hmm.. tahun ini memang kelihatannya akan lebih cocok kalo disertai dengan suhu panas menyengat. Yeah, bahkan setelah baru 10 hari menjalaninya.

Erm. Oke, aku sedang mencoba menyelesaikan sebuah buku terjemahan setebal 60 halaman dalam waktu lima hari. Kalau berhasil ini akan jadi rekorku.

Well.. mengingat kursorku sudah berkedip-kedip di layar selama sekitar 5 menit dan aku masih nggak tahu apa lagi yang mau ditulis, kurasa ini cukup untuk hari ini. *sigh*

Monday, January 01, 2007

Happy New Year!!

Selamat Tahun Baru 2007!!

Dalam rangka tahun baru ini aku pun mengubah versi Blogger-ku ke versi yang baru. Dan ternyata lebih enak dilihat, hehehe... Jadi inilah postingan pertama di tahun 2007. Tapi postingan ini nggak akan berisi resolusi tahun baru, karena aku punya cerita yang lebih menarik..

Tanggal 30 Desember 2006, aku dan orangtuaku migrasi ke Hotel Shangrila. Mamaku yang bekerja di bidang dekorasi pesta-pesta setiap tahun selalu bertugas mendekorasi seluruh hotel ini untuk pesta tahun barunya. Di waktu-waktu seperti ini dia biasanya begadang selama 2 hari berturut-turut, yang menjelaskan kenapa sekarang dia sedang terkapar di kamarnya padahal tadi baru jam 6 waktu kutengokin. Dan semua dekorasi yang dibuat berhari-hari itu, omong-omong, dihancurkan dalam sekejap setelah pesta selesai [baca: orang-orang sibuk copotin balon-balon dan dekorasi lain seenaknya dan mencolongnya/dan atau memecahkannya]. Sepertinya untuk bekerja di bidang seperti ini memerlukan mental yang kuat dan kesabaran yang besar.

Oke. Kita langsung ke bagian serunya aja. Jadi aku sudah mengajak dua sahabatku, Nindy dan Vera untuk nginep bareng di sana. Kehebohan yang sebenarnya baru dimulai setelah kami kembali ke kamar sehabis pesta pada jam 1 dini hari tanggal 1 Januari 2007, walaupun sebelumnya kami [mostly Nindy sih] udah heboh berat di kamar ketawa-ketawa dan lain-lain padahal isinya cuma bertiga. Adalah sebuah keajaiban manajer hotel nggak nelpon kami untuk memperingatkan dengan sopan agar kami jangan terlalu berisik.

Kembali ke pokok masalah. Sebelum turun ke pesta, aku sempet keluar kamar dan memergoki beberapa cowok nongkrong di depan kamar di sebelah kamar kami, 1824. Aku langsung mengabari teman-temanku: ALERT! Ada cowok-cowok potensial di sebelah! Secara kami ini adalah cewek-cewek-menjelang-20-tahun-yang-desperate [atau Desperate Almost 20 Girls], kami langsung heboh. Norak memang. Tapi mereka sempet ngisengin kami dengan ngebel kamar kami dan kabur. Jadi, semua dimulai dari situ...

[1 Januari 2007, 1:00 AM]

Entah-siapa-yang-mencetuskan-ide-ini: Eh, kita isengin balik, yuk!

Dan kami pun mulai membagi tugas untuk misi rahasia ini, di mana aku dapet bagian megangin pintu kamar kami supaya tetep kebuka demi melancarkan usaha agen rahasia kami yang melakukan tugas berbahaya ngebel ke sebelah dan lari lagi ke kamar kami.

Respon-dari-sebelah-setelah-itu-terjadi: Gak ada siapa-siapa! Kita dikerjain, dodol!

Misi pertama: SUKSES!

Entah-siapa-lagi-yang-mencetuskan-ide-sinting-ini: Eh eh, kita taro pudel dari balon ini di depan kamar mereka sama tinggalin pesen, yuk! [mengacungkan pudel mungil dari balon yang dikasi mamaku]

Dan kami pun menulis pesan yang berbunyi: "Selamat Tahun Baru! Semoga tahun ini menyenangkan, ya! Tolong kembaliin lagi abis baca, soalnya kami juga mau ngasih ini ke kamar-kamar yang lain! [boong, benernya kami cuma nggak rela keilangan si pudel] Thanks kalo dikembaliin, kalo nggak, thanksnya nggak jadi!" dan menyelipkannya ke si pudel pembawa pesan.

Kami sibuk mendiskusikan sebaiknya nyuruh mereka ngembaliin benda itu ke mana. Akhirnya kami memutuskan untuk menyuruh mereka mengembalikan ke tempat semula [depan kamar mereka] setelah memastikan bahwa dengan pengintip pintu hotel kita nggak bisa ngintip lantai yang tepat berada di depan pintu, jadi kalo kami ngambil dengan cara merangkak berarti lolos dari jarak pandang!

Sayangnya, tepat saat kami mau menjalankan misi berbahaya itu, mereka pergi. Dengan kecewa kami pun menunggu sampai mereka kembali.

[1 Januari 2007, 3:00 AM]

Seseorang-yang-aku-udah-lupa-tepatnya-siapa: Hoi! Hoi! Kayanya mereka balik tuh!
*semua berebutan ngintip dari lubang pengintip dengan noraknya*

Kami pun memutuskan untuk menjalankan misi setelah mereka semua menghilang di balik pintu kamar mereka! Sang pudel ditaro dan bel mereka dibunyikan...

Dan beberapa detik kemudian, bel pintu kami berbunyi dan kami menemukan si pudel kembali di depan pintu kami! MEREKA TAU ITU PERBUATAN KAMI! Pasti gara-gara kami terlalu heboh waktu merencanakan tadi dan mereka bisa mendengar semuanya dari sebelah.

Tapi bisa dibilang, Misi Kedua: SUKSES!

Aku lalu kecapekan dan ambruk di tempat tidur setelah foto-foto bersama di depan jendela besar yang menampakkan pemandangan kota Jakarta di malam hari. Kupikir ini sudah berakhir, tapi..

[1 Januari 2007, 4:30 AM]

KRING! KRING! KRING! Telpon kamar kami berbunyi.

Ternyata Nindy entah bagaimana terkunci di luar kamar dengan bodohnya! Apa sih yang dilakukan nona hiperaktif itu pada jam setengah lima pagi?! Aku merasa baru tidur selama setengah jam.

Nindy: Kalian tega! Dibel berkali-kali gak ada yang bangun!
Aku: Sebetulnya telpon juga tadinya mau gak diangkat, tapi berhubung suaranya ganggu banget..
Nindy: ......

Nona ini beruntung dia ketemu mamaku di luar, kalo nggak dia mungkin harus tidur di luar. Dengan muka belepotan obat jerawat atau apa pun itu yang dipakainya.

Ternyata dia masih melanjutkan surat-suratan dengan penghuni sebelah! Untungnya abis naro surat, dia nggak ngebel mereka. Kalo iya, dan trus dia menemukan bahwa dengan bodohnya kamar kami terkunci, dia bakal ketangkep basah. Surat-suratan itu entah bagaimana berakhir dengan kami mendapatkan 3 potong pizza gara-gara Nindy bilang ke mereka kalo dia laper dan gak bisa tidur. Lalu tiba-tiba mereka menelponnya, dan semua orang di sebelah berebut ngomong dengannya. ADA APA SIH INI?! Aku hanya bisa bengong sambil setengah tidur. Aku tidak ikut makan pizzanya omong-omong, karena, halo, bukankah semua ibu selalu memperingatkan anaknya agar tidak menerima makanan dari orang tak dikenal?

Lalu masih ada beberapa adegan lucu lainnya di mana kami selalu bisa denger mereka ketawa ngakak abis terima surat kami, dan mereka yang nyanyi-nyanyi gak jelas sampe kedengeran ke kamar kami, dan intinya, kurasa aku mendapatkan sedikit sekali waktu tidur malam itu, sementara Nindy si nona hiperaktif hanya tidur sekitar 2 jam, itu pun setelah matahari terbit. Benar-benar kehebohan luar biasa.

Sayangnya sampai pulang kami nggak berhasil ngeliat muka orang-orang misterius itu, walaupun mereka sempet ngeliat aku waktu aku keluar kamar [sial, mereka pasti mengira aku si cewek kegenitan yang mereka telpon itu] sebelum ini semua dimulai tadi. Padahal kami udah sengaja mondar-mandir di lobby sambil membawa pudel, si "barang bukti kejahatan". Mungkin kami belum berjodoh, tapi itu jelas Tahun Baru paling wild and crazy yang pernah kualami.

Oh, diberkatilah kami cewek-cewek hampir 20 tahun yang desperate!

Labels:

Desperate Secrets - Secrets of my desperation in life from the past and present

THE DESPERATE

Alias: Cornelia
Age: 19
Gender: Female
Location: Indonesia
Birthdate: 03 Sept 1987
Star Sign: Virgo
Birthstone: Sapphire
Planet: Mercury
Element: Earth
Favorite Color: Lime Green
Obsession: Alias
Occupation: Freelance Translator
University Major: Integrated Marketing Communication
Live Journal: Private Eyes
Graphic Journal: Nocturne Love
Fan Fiction Journal: Three Decades
I am worth $2,045,034

Credits

Design by Ireth Halliwell
Hosted by Blogger
Site Content by Cornelia

Shoutbox



Free Website Counter
Free Website Counter

Powered 
by Blogger