Tuesday, May 30, 2006

The Princess' Diary

Ini sebetulnya udah lama mau kutulis, tepatnya digabungin sama entry terakhir. Tapi kebiasaan buruk menunda-nunda akhirnya membuatnya tertunda begini lama..

Princess...

Itu satu dari banyak sebutan Mel untukku. Satu-satunya yang sedikit mengganggu sebenarnya. Hmm.. tapi bisa memotivasi juga sih. Begini, entah kenapa implikasinya cenderung ke arah negatif.. atau setidaknya menurutku, yaitu manja.

So maybe I'm wrong.. dan mungkin bukan itu maksud Mel, tapi yang tertangkap olehku kesannya itu. Well, bukan nyalahin Mel sih. Tapi hanya mau mengungkapkan saja.. kalau salah satu tujuan hidupku adalah menjadi independen. Selama ini mamaku bukanlah orang yang mudah puas. Kalo boleh dibilang, kasarnya nih, banyakan nyela daripada muji.. mungkin memang ada bagusnya juga, bisa terus memotivasiku, atau mungkin itu memang sudah sifatnya, yang cenderung melihat hal yang negatif lebih besar dari yang positif. Siapa yang tahu?

Jangan salah.. aku masih menghormati mamaku. Walaupun banyakan sebelnya daripada senengnya kalo ngobrol sama dia, but in a way... kurasa dialah yang paling memotivasiku untuk membuktikan diri, lebih dan lebih lagi. Dialah yang paling rajin menyebutkan kekurangan-kekuranganku. Dialah yang paling rajin mengomeliku karena aku begitu payah dalam segala hal (or so it seems when she opens her mouth..).

Dan itulah sebabnya kenapa aku mendapatkan pekerjaanku. Itulah sebabnya aku nggak ngasih tahu baik mama maupun papa kalau aku sudah melamar pekerjaan, yang CV dan surat lamarannya pun kukerjakan sendiri apa adanya sebisaku, hanya dengan bantuan Tya. Mereka benar-benar tidak tahu apa-apa.. sampai aku dianggap memenuhi syarat. Dan dipanggil ke kantor Gramedia untuk dites. Pergi ke sananya pun aku menolak untuk diantar mama. Aku memilih pergi dengan teman-temanku.. dan aku menangani semuanya sendiri. Aku menemui editorku sendiri, menerima bahan tes sendiri, dan okelah, mendapat bantuan semua orang dalam tesku, tapi pada akhirnya, aku mendapatkan pekerjaan itu 98% karena usahaku sendiri. Aku. Sendiri.

Kalian mungkin berpikir mama akan lebih respek terhadapku sekarang dan berhenti memperlakukanku seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Well, she doesn't. Dia masih saja rajin menceramahiku tentang segala hal. Percaya nggak, apa yang terjadi waktu penerimaan rapor kelas 3 SMA-ku? Wali kelasku terus-menerus bilang betapa bangganya mama pasti karena aku jadi juara umum. Tapi tahu jawabannya? Satu-satunya yang dipedulikannya adalah kekuranganku; aku masih kurang bergaul lah, aku masih terlalu pendiam lah, aku akan gagal di masa depan karena semua itu lah.

Bisakah kalian bayangkan rasa sakit hatinya? Baginya, aku tidak akan pernah sempurna di matanya. Dan aku tahu aku memang tidak akan pernah sempurna. Karena aku cuma manusia biasa. Tapi yah.. kurasa itu harus kulihat sisi baiknya saja. Yaitu sebagai motivasi. Manusia memang tidak seharusnya mudah puas. Karena manusia yang cepat puas tidak akan meraih kesuksesan.

Jadi, aku sudah dididik untuk menjadi seseorang yang ambisius, perfeksionis, dan berjuang untuk independen. Dan salah satu kata yang paling menggangguku adalah kalau aku dibilang manja. Bagiku itu lebih mengganggu daripada dibilang jelek, atau kuper, atau payah, atau apalah. Karena aku tidak ingin jadi orang yang manja.

Aku selalu bercita-cita bisa nyetir mobil sendiri ke kampus. Keren nggak sih? Bukankah itu lebih keren daripada duduk bak seorang putri di bangku belakang sementara supir mengantar ke mana-mana? Aku mendambakan kontrol. Aku ingin mengatur hidupku sendiri, tidak mengandalkan orang lain. Aku benci mengandalkan orang lain. Sebagai perfeksionis, aku cenderung ingin membereskan segala sesuatunya sendiri.

Mel, mungkin kamu akan senang berada di posisiku. Dimanja, ke mana-mana diantar supir, punya orangtua yang sangat perhatian, dan lain sebagainya. Tapi aku ingin bebas. Bukannya ingin tidak diperhatikan, tapi ingin dipercaya. Ingin bisa bertanggung-jawab. Ingin bisa dewasa.

Aku sebenarnya nggak senang jadi seorang Princess. Tapi posisiku sebagai anak perempuan satu-satunya, dan yang paling muda pula dibandingkan kakak-kakakku yang udah 30-an, membuatnya susah. Orangtuaku masih nggak rela melepaskanku, terutama papaku. Yup, he loves me very very much. Dia akan membelikan apa saja yang kumau (untunglah aku bukan shopaholic, melainkan seseorang yang lebih suka berhemat [atau pelit?]). Tapi bukan itu yang kuinginkan dari mereka.

Aku tidak minta jadi Princess.

Saturday, May 13, 2006

Raise Your.. Salary?

Jadi begini ceritanya..

Beberapa hari yang lalu, datanglah sebuah paket dari Gramedia. Isinya adalah kerjaan baru, yang ada deadline-nya, yaitu awal Juni harus udah selesai. Sebenernya aku udah ada buku untuk diterjemahin saat ini, tapi karena editornya minta bantuanku untuk buku yang harus diterjemahin cepet-cepet ini.. aku sanggupin aja, hehehe.. nekat banget gak sih? Jelas-jelas lagi mau UAS gini.. tapi yah, demi uang, hihihi.. lagian abis UAS kan libuuuuuur.

Nah, kemudian, datanglah juga sebuah amplop putih yang sudah lama ditunggu-tunggu, yang berisi bukti pembayaran gajiku untuk buku sebelumnya. Ternyata setelah dibuka..

Mama-yang-buka-duluan-dengan-seenaknya: Lho? Kamu naik ya?
Aku: Naik? Naik apaan?
Mama: Naik bayarannya! Nih Rp 8000 per halaman, tadinya Rp 7000 kan?
Aku: *shock and speechless* MANA?

Dan ternyata, benar saudara-saudara, gaji saya naik! Walau hanya Rp 1000, tapi karena aku dibayarnya per halaman, bedanya jadi gede banget akhirnya! OMG. Naik gaji secepet ini? Padahal aku baru nerjemahin dua buku dengan rate Rp 7000. Untuk buku ketiga sudah dinaikkan. O_O Apa yang terjadiiiii?

Kalau dinaikinnya setelah aku nyelesaiin kerjaan yang ada deadline-nya itu sih, bisa dimengerti, mengingat itu ada deadline-nya dan sebagainya.. aku sebenernya tadinya udah mau nanya, yang pake deadline dibayarnya lebih gak? Hehehe.. tapi menyadari kalo itu sedikit kurang pantas, akhirnya memutuskan untuk nggak nanya. Dan akhirnya dinaikin juga, hihihihi.. But anyway, aku beneran kaget dan nggak nyangka. Lagian masih freelance gitu.. dan beneran aku ini masih baru banget. OH BETAPA CINTANYA AKU PADA PEKERJAAN INI! Mungkin pekerjaan ini memang ditakdirkan untukku, hehehe..

Selain itu, masih sibuk ngerjain tugas Effective Learning yang masih belum selesai-selesai juga. Pikiran yang bisa menguatkan: "Ini tugas terakhir! Habis ini nggak usah berurusan sama pelajaran gak guna ini lagi! Ayo SEMANGAT!" Yah, kira-kira gitu deh..

Sebenernya ada topik lain yang pengen kuomongin, tapi Mel udah nggak sabar baca update-nya, hehehe.. jadi disimpen buat besok deh. Lagian aku kan jarang update, jadi lebih baik topik yang ada disimpen untuk update berikutnya supaya updatenya lebih sering. Ya kan? Ya sudah. Sampai ketemu di entry berikutnya (mudah-mudahan di-post dalam tahun ini) *kabur*
Desperate Secrets - Secrets of my desperation in life from the past and present

THE DESPERATE

Alias: Cornelia
Age: 19
Gender: Female
Location: Indonesia
Birthdate: 03 Sept 1987
Star Sign: Virgo
Birthstone: Sapphire
Planet: Mercury
Element: Earth
Favorite Color: Lime Green
Obsession: Alias
Occupation: Freelance Translator
University Major: Integrated Marketing Communication
Live Journal: Private Eyes
Graphic Journal: Nocturne Love
Fan Fiction Journal: Three Decades
I am worth $2,045,034

Credits

Design by Ireth Halliwell
Hosted by Blogger
Site Content by Cornelia

Shoutbox



Free Website Counter
Free Website Counter

Powered 
by Blogger