Saturday, January 20, 2007

And So Every Boy In The World Grew Up.. But One

Tahu cerita klasik Peter Pan?

Aku selalu bertanya-tanya kenapa cerita yang satu ini nggak memiliki happy ending. Well, memang kelihatannya seperti happy ending, tapi sebetulnya nggak, kan? Maksudku, Peter Pan kembali ke Neverland dan Wendy kembali ke dunianya.. mereka berpisah dan nggak ketemu lagi sampai waktu yang lama.. sampai Wendy menikah dengan orang lain dan Peter Pan tetap berusia segitu-segitu saja.. they didn't live happily ever after.. at least not together.

Tapi sepertinya nggak ada anak-anak yang sedih karena hal itu. Padahal kalo dipikir-pikir ini termasuk salah satu dari cerita fairy tale yang lebih logis dan realistis (contoh nggak realistis: Little Mermaid jadi manusia dan hidup bahagia bersama Pangeran.. itu agak maksa sebenernya), di mana ketika memang keadaan nggak memungkinkan.. di mana two people belong to different worlds... kenyataannya adalah mereka nggak bisa bersama, as simple as that. Ini sebetulnya cerita fairy tale yang dewasa, kalau dipikir-pikir.

Dulu aku selalu berpikir sama seperti Wendy, bahwa kalo aku kebetulan kesasar ke Neverland, aku pasti tetap ingin pulang, tumbuh dewasa, menikah, punya anak, dan seterusnya. Tapi setelah dipikir lagi.. kenapa pula kita ingin dewasa, menikah, punya anak, dan menjadi tua? Kenapa kita nggak ingin jadi anak-anak selamanya, mengingat masa anak-anak adalah masa yang paling menyenangkan, masa di mana kita paling nggak perlu memusingkan kenyataan-kenyataan hidup yang nggak selalu sesuai dengan keinginan kita, masa di mana nggak ada beban dalam menjalani hari-hari kita, masa di mana segala sesuatu terlihat indah. Kalo kita nggak perlu tumbuh dewasa, menghadapi dunia berat yang sebenarnya, memikul tanggung-jawab, membuat keputusan-keputusan sulit... kenapa kita nggak mau? Bukankah menjadi anak selama-lamanya adalah hal yang menyenangkan? Aku jadi mengerti perasaan Peter Pan sekarang.. tapi kenapa kebanyakan dari kita.. kenapa Wendy memilih untuk pulang? Seandainya dia bisa membawa keluarganya ke sana, maukah dia tinggal?

Ini adalah sebuah pemikiran yang terbentuk waktu aku kebetulan menemukan sebuah foto diriku beberapa tahun lalu, mungkin SD atau SMP, sedang tersenyum lebar dan bergaya spontan di depan kamera. Foto ini membuatku sangat kaget.. menyadari kenyataan bahwa aku hampir nggak mengenali diriku di sana. Seseorang yang ngeliat foto itu pun bilang, "Kamu harusnya selalu senyum kaya gini, kamu lebih cantik kalo senyum lepas kaya gini." Yang membuatku tersadar, sudah lama sekali aku nggak tersenyum seperti itu di foto. Foto-fotoku beberapa tahun terakhir ini jarang yang menampilkan aku tersenyum. Sepanjang yang bisa kuingat, aku memang bukan orang yang suka tersenyum lebar di foto. Tapi waktu melihat foto itu, aku diingatkan, ternyata ada masa-masa aku merasa hidupku nggak ada masalah. Ternyata ada masa di mana aku hanya menikmati hari ini dan nggak mengkhawatirkan kemarin atau besok. Ternyata ada masa di mana dengan spontan aku bisa tersenyum lebar ke kamera yang mengabadikan gambar itu, di mana aku, walaupun nggak berwajah seperti model atau artis, terlihat cantik karena senyum tulus yang benar-benar menggambarkan kebahagiaanku saat itu.

Aku merindukan masa-masa itu.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Desperate Secrets - Secrets of my desperation in life from the past and present

THE DESPERATE

Alias: Cornelia
Age: 19
Gender: Female
Location: Indonesia
Birthdate: 03 Sept 1987
Star Sign: Virgo
Birthstone: Sapphire
Planet: Mercury
Element: Earth
Favorite Color: Lime Green
Obsession: Alias
Occupation: Freelance Translator
University Major: Integrated Marketing Communication
Live Journal: Private Eyes
Graphic Journal: Nocturne Love
Fan Fiction Journal: Three Decades
I am worth $2,045,034

Credits

Design by Ireth Halliwell
Hosted by Blogger
Site Content by Cornelia

Shoutbox



Free Website Counter
Free Website Counter

Powered 
by Blogger