The Lack of Information, A Quiz, and A Stupid Decision
Judul yang terlalu keren untuk sebuah hari biasa sebetulnya. Tapi biar deh. So, kemarin hari Rabu tanggal 16 Agustus, adalah hari terakhir sebelum libur panjang (well, 5 hari tepatnya) minggu ini. Cuma ada satu kelas hari itu (atau begitulah yang kukira), yaitu Sosiologi. Jam 10 - Jam 12. Waktu selesai, aku sudah dengan tenangnya melenggang ke bawah, siap pulang. Tapi tahu-tahu di depan bagian pendaftaran, ketemu Mel.
Aku: *sudah pegang telepon* Eh, hai!
Mel: Mo ke mana?
Aku: *ke telepon/supir* Aku udah keluar nih.. *ke Mel* (dengan nada riang habis-ini-aku-libur-lima-hari) Pulang!
Mel: Lho, ntar kan ada Tekom?
Aku: (nada riang habis-ini-aku-libur-lima-hari berubah jadi astaga-tolong-jangan-deh) Hah?! Emang hari ini ada Tekom?
Dan begitulah, impianku untuk segera pulang dan tidur hancur berkeping-keping.. *masukkan musik dramatis di sini* Dengan berat hati, aku terpaksa menelpon supirku lagi sebelum dia terlanjur keluar dan bertanya-tanya kenapa aku tidak ada.
Aku: Halo?
Supirku: *sedikit panik* Iya ini baru di parkiran..
Aku: Bukan, nggak jadi, aku keluarnya ntar jam 3.
Astaga, dia nggak perlu panik begitu kan? Aku kan sama sekali bukan orang yang nggak sabaran.
Lanjut. Setelah pergi makan sampe jam 13.20, aku sampai lagi di kampus sekitar jam 13.30. Well, telat nggak papa sih, tapi kemudian aku ingat rumor bakal ada kuis (dan perasaanku mengatakan hari ini 90% pasti ada, dan mengingat terakhir kali aku punya feeling bakal ada kuis, hal itu benar-benar terjadi...) aku berniat cepet-cepet naik tapi... astaga. Lift-nya penuh SEKALI.
Kenapa sih lift bodoh itu selalu penuh kalau aku terlambat? Kalau aku lagi pengen jalan pelan-pelan misalnya, liftnya selalu sudah siap sedia. Kenapa sih? KENAPA?
Akhirnya aku pun memutuskan dengan berani untuk naik tangga. Well, ini kan cuma empat lantai. Dan dulu pun aku lebih suka naik turun tangga sebelum memutuskan untuk menjadi manusia normal dan memilih naik lift. Jadi tak ada masalah kan? Aku melakukannya setiap hari kok. Dulu. Jadi seharusnya tak ada masalah. Gampang sekali, kan cuma naik tangga saja. Kan cuma empat lantai, bukan sepuluh. Lagipula, waktu aku mendongak ke atas, aku melihat Mel lari dengan semangat dan tahu-tahu sudah di lantai tiga. Jadi mestinya bukan masalah untukku juga.
......
Waktu aku sampai di atas kakiku mau copot. Dan malamnya kakiku pegel-pegel semua. Bagus. Aku se-kurang-olahraga itukah?
Bagaimanapun, akhirnya aku sampai di kelas. Kepanasan setengah mati dan stres karena nggak bawa catetan minggu lalu (karena nggak tau bakal ada kelas ini hari ini) sehingga mengeliminasi kemungkinan belajar kilat kalau benar ada kuis. Setelah kuliah dimulai.. beberapa lama kemudian materi selesai dan waktu masih banyak. Aku sibuk berdoa supaya jangan ada kuis sementara beberapa anak yang sama sekali tak terganggu oleh kemungkinan ini mengajukan pertanyaan.
Dosen: Nggak ada pertanyaan lagi?
Kelas: *hening*
Dosen: Oke, kalo gitu....
Kelas: *menahan nafas*
Dosen: ....ke materi berikutnya..
Kelas: *terdengar desah nafas lega*
Aku cukup lega, tapi sesungguhnya tidak benar-benar yakin musibah sudah berlalu. Bagaimanapun, firasatku mengatakan HARUS ada kuis hari ini... Diam, indra keenam, DIAMLAH!!
Tak lama..
Dosen: Oke, kita kuis.
Kelas: AAAHHHH!
Aku: Great. T_T
Untungnya dua dari tiga pertanyaan yang ada isinya materi hari itu. Jadi dengan kemampuan otak spons aku menyalin kembali isi catatan hari itu. Untuk soal ketiga, well, aku harus menggali-gali sedikit, tapi setidaknya ide umumnya ada. Nah, nama teorinya aku lupa. Aku cukup yakin itu tentang Group Decision Making. Tadinya aku mau nulis Group Decision Making Theory. Biar salah tapi paling nggak pasti nyerempet dikit. Tapi tiba-tiba aku mendengar bisikan-bisikan di sebelahku yang menyebut-nyebut Interactional. Entah bagaimana otakku membenarkan adanya kata itu di dalam nama teori tersebut. Dengan bodohnya aku mengganti jawabanku jadi Interactional Theory in Group Communication.
Nggak masuk akal banget deh. Jawaban yang benernya ternyata Functional Perspective on Decision Making. Barangkali aku salah tangkep Functional jadi Interactional. Sial, sial, sial. Ingatkan aku untuk TIDAK PERNAH mendengarkan bisikan jawaban lagi. Aku ini tidak berbakat jadi pencontek, dan memang seharusnya tidak pernah melakukannya. Dan seharusnya memang tidak pernah perlu.
Tambahan lagi aku melewatkan tontonan harianku gara-gara nggak tau bakal ada kelas siang hari ini, sehingga nggak menyiapkan mesin perekam di rumah.. Huh. Benar-benar hari yang cukup sial.
Aku: *sudah pegang telepon* Eh, hai!
Mel: Mo ke mana?
Aku: *ke telepon/supir* Aku udah keluar nih.. *ke Mel* (dengan nada riang habis-ini-aku-libur-lima-hari) Pulang!
Mel: Lho, ntar kan ada Tekom?
Aku: (nada riang habis-ini-aku-libur-lima-hari berubah jadi astaga-tolong-jangan-deh) Hah?! Emang hari ini ada Tekom?
Dan begitulah, impianku untuk segera pulang dan tidur hancur berkeping-keping.. *masukkan musik dramatis di sini* Dengan berat hati, aku terpaksa menelpon supirku lagi sebelum dia terlanjur keluar dan bertanya-tanya kenapa aku tidak ada.
Aku: Halo?
Supirku: *sedikit panik* Iya ini baru di parkiran..
Aku: Bukan, nggak jadi, aku keluarnya ntar jam 3.
Astaga, dia nggak perlu panik begitu kan? Aku kan sama sekali bukan orang yang nggak sabaran.
Lanjut. Setelah pergi makan sampe jam 13.20, aku sampai lagi di kampus sekitar jam 13.30. Well, telat nggak papa sih, tapi kemudian aku ingat rumor bakal ada kuis (dan perasaanku mengatakan hari ini 90% pasti ada, dan mengingat terakhir kali aku punya feeling bakal ada kuis, hal itu benar-benar terjadi...) aku berniat cepet-cepet naik tapi... astaga. Lift-nya penuh SEKALI.
Kenapa sih lift bodoh itu selalu penuh kalau aku terlambat? Kalau aku lagi pengen jalan pelan-pelan misalnya, liftnya selalu sudah siap sedia. Kenapa sih? KENAPA?
Akhirnya aku pun memutuskan dengan berani untuk naik tangga. Well, ini kan cuma empat lantai. Dan dulu pun aku lebih suka naik turun tangga sebelum memutuskan untuk menjadi manusia normal dan memilih naik lift. Jadi tak ada masalah kan? Aku melakukannya setiap hari kok. Dulu. Jadi seharusnya tak ada masalah. Gampang sekali, kan cuma naik tangga saja. Kan cuma empat lantai, bukan sepuluh. Lagipula, waktu aku mendongak ke atas, aku melihat Mel lari dengan semangat dan tahu-tahu sudah di lantai tiga. Jadi mestinya bukan masalah untukku juga.
......
Waktu aku sampai di atas kakiku mau copot. Dan malamnya kakiku pegel-pegel semua. Bagus. Aku se-kurang-olahraga itukah?
Bagaimanapun, akhirnya aku sampai di kelas. Kepanasan setengah mati dan stres karena nggak bawa catetan minggu lalu (karena nggak tau bakal ada kelas ini hari ini) sehingga mengeliminasi kemungkinan belajar kilat kalau benar ada kuis. Setelah kuliah dimulai.. beberapa lama kemudian materi selesai dan waktu masih banyak. Aku sibuk berdoa supaya jangan ada kuis sementara beberapa anak yang sama sekali tak terganggu oleh kemungkinan ini mengajukan pertanyaan.
Dosen: Nggak ada pertanyaan lagi?
Kelas: *hening*
Dosen: Oke, kalo gitu....
Kelas: *menahan nafas*
Dosen: ....ke materi berikutnya..
Kelas: *terdengar desah nafas lega*
Aku cukup lega, tapi sesungguhnya tidak benar-benar yakin musibah sudah berlalu. Bagaimanapun, firasatku mengatakan HARUS ada kuis hari ini... Diam, indra keenam, DIAMLAH!!
Tak lama..
Dosen: Oke, kita kuis.
Kelas: AAAHHHH!
Aku: Great. T_T
Untungnya dua dari tiga pertanyaan yang ada isinya materi hari itu. Jadi dengan kemampuan otak spons aku menyalin kembali isi catatan hari itu. Untuk soal ketiga, well, aku harus menggali-gali sedikit, tapi setidaknya ide umumnya ada. Nah, nama teorinya aku lupa. Aku cukup yakin itu tentang Group Decision Making. Tadinya aku mau nulis Group Decision Making Theory. Biar salah tapi paling nggak pasti nyerempet dikit. Tapi tiba-tiba aku mendengar bisikan-bisikan di sebelahku yang menyebut-nyebut Interactional. Entah bagaimana otakku membenarkan adanya kata itu di dalam nama teori tersebut. Dengan bodohnya aku mengganti jawabanku jadi Interactional Theory in Group Communication.
Nggak masuk akal banget deh. Jawaban yang benernya ternyata Functional Perspective on Decision Making. Barangkali aku salah tangkep Functional jadi Interactional. Sial, sial, sial. Ingatkan aku untuk TIDAK PERNAH mendengarkan bisikan jawaban lagi. Aku ini tidak berbakat jadi pencontek, dan memang seharusnya tidak pernah melakukannya. Dan seharusnya memang tidak pernah perlu.
Tambahan lagi aku melewatkan tontonan harianku gara-gara nggak tau bakal ada kelas siang hari ini, sehingga nggak menyiapkan mesin perekam di rumah.. Huh. Benar-benar hari yang cukup sial.