Such a Hazy Day
Kuliah Teori Komunikasi 2 yang diadakan jam 1.20 memang terbukti kurang efektif.
.......
.......
.......
Hei. Coba lihat kalimat pembuka itu. Kedengarannya lumayan keren kan? Mungkin bisa kujadikan topik skripsiku nanti atau apa.
Kembali ke permasalahan. Jam segitu itu lagi ngantuk-ngantuknya. Memang sih aku bersyukur dosennya nggak jadi diganti, karena kalau ya, siapa yang tahu bisa jadi seberapa lebih parah keadaannya. Dan aku memang memperhatikan. Well, 90%. Tapi dibandingkan dengan kalo kuliahnya pagi, tadi ada potongan-potongan informasi yang hilang waktu pikiranku melayang entah ke mana karena ngantuk.
...decision making...
Aku menggambar bunga di kertas catatanku.
...mandi kembang jam 1 malem..
Mm.. pasti dingin ya. Nanti kalo masuk angin gimana?
Tunggu. Apa sih yang dibicarakan ini?
...tujuan utama universitas adalah iman..
HAH? Dan tiba-tiba Mel ketawa luar biasa bahagia untuk alasan yang tidak dapat dijelaskan sementara aku kebingungan. Tujuan utama universitas adalah iman.. kemudian ilmu.. dan karakter.
Hei, itu kan nyontek moto SMA-ku: iman, ilmu, dan pelayanan! Cuma diganti belakangnya doang!
...Mr. J.S. mengatakan kita harus mendahulukan kasih..
APAAAAA? Apakah aku sudah diterbangkan ke parallel universe atau apa sih? *tiba-tiba membayangkan Mr. J.S yang dimaksud berkhotbah memakai jubah pendeta dan disinari cahaya putih*
*merasa mual dan tidak tahu harus nangis atau ketawa*
Dasar universitas tukang bohong.
...disruptive communication adalah komunikasi yang merusak..
Well, sepertinya kuliahnya sudah kembali ke jalur yang benar. Mm.. kira-kira makan malemnya apa ya..
..membuat suasana jadi sejuk..
Sejuk.. dingin banget ya? AC-nya tepat di atasku atau apa?
Eh. Tapi tunggu. Sejak kapan komunikasi yang merusak membuat suasana jadi sejuk?
Oh. OH. Sudah pindah ke promotive communication rupanya.
...seperti di pemilihan Presiden..
Hei, aku pertama ikut Pemilu tahun 2004 kemaren.. pas umurku 17.. WOW. Nanti kalau aku ikut Pemilu berikutnya, aku akan sudah lulus dari sini! Astaga, hebat sekali kan! Sudah lulus!
Tak tahu apa lagi yang kulewatkan dan apa lagi yang kukhayalkan.
Lalu tadi waktu aku akhirnya sampai di rumah, sempoyongan, masih setengah tidur habis tidur di mobil, dan sedikit laper serta mules-mules, tiba-tiba HP bunyi.
Nomor tak dikenal.
Biasanya aku tidak menjawab nomor tak dikenal, tapi entah kenapa, mungkin kemampuan psychic atau apa, aku tiba-tiba memutuskan untuk menerimanya.
Aku: Halo?
Suara-di-seberang: Halo? Dengan Karina?
Aku: Ya.
Suara-di-seberang: Ini dari majalah Kawanku.
Aku: *mengalami deja-vu* Oh, iya?
Suara-di-seberang: Begini, dulu kamu kan pernah ngirim cerpen ya? Judulnya "Di Antara Dua Pilihan" sama "Paranoid"?
Aku: [Astaga. Dua sekaligus?!] Oh. Ya. [Tapi itu kan sudah bertahun-tahun lalu! Astaga]
Suara-di-seberang: Saya mau nanya, cerita ini udah pernah dimuat di majalah lain belum ya?
Aku: Oh. Belum pernah kok.
Suara-di-seberang: Oh, oke. Jadi boleh dong dimuat di W?
Aku: [Hahahaha. Pertanyaan macam apa itu?] Ah, boleh.
Suara-di-seberang: Sebelum ini udah pernah dimuat cerpen-cerpennya?
Aku: Oh, baru sekali.. [maksudnya waktu ikutan lomba cerpen sekitar dua tahun lalu itu dan nggak menang tapi dimuat juga dan dapet 250.000]
Suara-di-seberang: Oh, baru sekali ini.
Aku: [mau menjelaskan bahwa bukan sekali ini tapi sekali sebelum ini tapi tak sempat]
Suara-di-seberang: Kalo boleh tanya, inspirasinya dapet dari mana ya?
Aku: [Astaga. Mana kuingat? Itu kan sudah bertahun-tahun lalu. Pikir, C, pikir. Pikirkan jawaban cerdas. Pikirkan sesuatu.] *otak blank* Ah, wah, itu udah lama banget sih, saya udah nggak inget. *sambil memaksakan tawa maklum-saya-memang-tidak-punya-photographic-memory*
Suara-di-seberang: Oh, ya sudah nggak apa-apa. Kalau begitu, makasih ya.
Aku: Makasih *dengan suara semanis mungkin*
Mengingat kondisiku saat menerima telpon (sempoyongan, masih setengah tidur habis tidur di mobil, dan sedikit laper serta mules-mules), aku nggak yakin apakah pembicaraan kecil tadi cukup memuaskan. Maksudku, aku jelas kurang histeris, kurang menampakkan antusiasme dan segalanya. Mungkin mereka bingung apa yang salah, mengingat mereka menyangka ini kan kali pertamanya ceritaku dimuat, tapi kenapa aku sama sekali tidak peduli begitu?
Ah sudahlah. Lalu waktu akhirnya kesadaranku kembali secara penuh, aku baru ingat dia nggak menanyakan rekeningku sama sekali! Padahal rekening yang kucantumkan waktu ngirim cerpen zaman dulu itu kan rekening Lippo Yuniorku yang sudah nggak berlaku! Astaga, gimana kalo nyasar ke rekening orang? Bayaran cerpenku!!
Setelah itu aku pun masih bingung. "Di Antara Dua Pilihan" itu yang mana ya? Aku mikir lama sekali baru bisa ingat cerita mana yang dimaksud. Boro-boro inget inspirasinya dari mana.
Tapi kalo "Paranoid" seharusnya aku langsung ingat. Itu kan inspirasinya datang dari pengalaman pribadi. ^^;;
Aku benar-benar linglung hari ini.
.......
.......
.......
Hei. Coba lihat kalimat pembuka itu. Kedengarannya lumayan keren kan? Mungkin bisa kujadikan topik skripsiku nanti atau apa.
Kembali ke permasalahan. Jam segitu itu lagi ngantuk-ngantuknya. Memang sih aku bersyukur dosennya nggak jadi diganti, karena kalau ya, siapa yang tahu bisa jadi seberapa lebih parah keadaannya. Dan aku memang memperhatikan. Well, 90%. Tapi dibandingkan dengan kalo kuliahnya pagi, tadi ada potongan-potongan informasi yang hilang waktu pikiranku melayang entah ke mana karena ngantuk.
...decision making...
Aku menggambar bunga di kertas catatanku.
...mandi kembang jam 1 malem..
Mm.. pasti dingin ya. Nanti kalo masuk angin gimana?
Tunggu. Apa sih yang dibicarakan ini?
...tujuan utama universitas adalah iman..
HAH? Dan tiba-tiba Mel ketawa luar biasa bahagia untuk alasan yang tidak dapat dijelaskan sementara aku kebingungan. Tujuan utama universitas adalah iman.. kemudian ilmu.. dan karakter.
Hei, itu kan nyontek moto SMA-ku: iman, ilmu, dan pelayanan! Cuma diganti belakangnya doang!
...Mr. J.S. mengatakan kita harus mendahulukan kasih..
APAAAAA? Apakah aku sudah diterbangkan ke parallel universe atau apa sih? *tiba-tiba membayangkan Mr. J.S yang dimaksud berkhotbah memakai jubah pendeta dan disinari cahaya putih*
*merasa mual dan tidak tahu harus nangis atau ketawa*
Dasar universitas tukang bohong.
...disruptive communication adalah komunikasi yang merusak..
Well, sepertinya kuliahnya sudah kembali ke jalur yang benar. Mm.. kira-kira makan malemnya apa ya..
..membuat suasana jadi sejuk..
Sejuk.. dingin banget ya? AC-nya tepat di atasku atau apa?
Eh. Tapi tunggu. Sejak kapan komunikasi yang merusak membuat suasana jadi sejuk?
Oh. OH. Sudah pindah ke promotive communication rupanya.
...seperti di pemilihan Presiden..
Hei, aku pertama ikut Pemilu tahun 2004 kemaren.. pas umurku 17.. WOW. Nanti kalau aku ikut Pemilu berikutnya, aku akan sudah lulus dari sini! Astaga, hebat sekali kan! Sudah lulus!
Tak tahu apa lagi yang kulewatkan dan apa lagi yang kukhayalkan.
Lalu tadi waktu aku akhirnya sampai di rumah, sempoyongan, masih setengah tidur habis tidur di mobil, dan sedikit laper serta mules-mules, tiba-tiba HP bunyi.
Nomor tak dikenal.
Biasanya aku tidak menjawab nomor tak dikenal, tapi entah kenapa, mungkin kemampuan psychic atau apa, aku tiba-tiba memutuskan untuk menerimanya.
Aku: Halo?
Suara-di-seberang: Halo? Dengan Karina?
Aku: Ya.
Suara-di-seberang: Ini dari majalah Kawanku.
Aku: *mengalami deja-vu* Oh, iya?
Suara-di-seberang: Begini, dulu kamu kan pernah ngirim cerpen ya? Judulnya "Di Antara Dua Pilihan" sama "Paranoid"?
Aku: [Astaga. Dua sekaligus?!] Oh. Ya. [Tapi itu kan sudah bertahun-tahun lalu! Astaga]
Suara-di-seberang: Saya mau nanya, cerita ini udah pernah dimuat di majalah lain belum ya?
Aku: Oh. Belum pernah kok.
Suara-di-seberang: Oh, oke. Jadi boleh dong dimuat di W?
Aku: [Hahahaha. Pertanyaan macam apa itu?] Ah, boleh.
Suara-di-seberang: Sebelum ini udah pernah dimuat cerpen-cerpennya?
Aku: Oh, baru sekali.. [maksudnya waktu ikutan lomba cerpen sekitar dua tahun lalu itu dan nggak menang tapi dimuat juga dan dapet 250.000]
Suara-di-seberang: Oh, baru sekali ini.
Aku: [mau menjelaskan bahwa bukan sekali ini tapi sekali sebelum ini tapi tak sempat]
Suara-di-seberang: Kalo boleh tanya, inspirasinya dapet dari mana ya?
Aku: [Astaga. Mana kuingat? Itu kan sudah bertahun-tahun lalu. Pikir, C, pikir. Pikirkan jawaban cerdas. Pikirkan sesuatu.] *otak blank* Ah, wah, itu udah lama banget sih, saya udah nggak inget. *sambil memaksakan tawa maklum-saya-memang-tidak-punya-photographic-memory*
Suara-di-seberang: Oh, ya sudah nggak apa-apa. Kalau begitu, makasih ya.
Aku: Makasih *dengan suara semanis mungkin*
Mengingat kondisiku saat menerima telpon (sempoyongan, masih setengah tidur habis tidur di mobil, dan sedikit laper serta mules-mules), aku nggak yakin apakah pembicaraan kecil tadi cukup memuaskan. Maksudku, aku jelas kurang histeris, kurang menampakkan antusiasme dan segalanya. Mungkin mereka bingung apa yang salah, mengingat mereka menyangka ini kan kali pertamanya ceritaku dimuat, tapi kenapa aku sama sekali tidak peduli begitu?
Ah sudahlah. Lalu waktu akhirnya kesadaranku kembali secara penuh, aku baru ingat dia nggak menanyakan rekeningku sama sekali! Padahal rekening yang kucantumkan waktu ngirim cerpen zaman dulu itu kan rekening Lippo Yuniorku yang sudah nggak berlaku! Astaga, gimana kalo nyasar ke rekening orang? Bayaran cerpenku!!
Setelah itu aku pun masih bingung. "Di Antara Dua Pilihan" itu yang mana ya? Aku mikir lama sekali baru bisa ingat cerita mana yang dimaksud. Boro-boro inget inspirasinya dari mana.
Tapi kalo "Paranoid" seharusnya aku langsung ingat. Itu kan inspirasinya datang dari pengalaman pribadi. ^^;;
Aku benar-benar linglung hari ini.
1 Comments:
huaaah... ceritanya dimuat lagi... hebat2...
kamu memang berbakat...
aku kagum banget sama kamu
hehehe...
aku senang kamu kasih tau aku pas lagi update..
hehehe (lagi)
dan aku makin snenag karena tebakanku tentang pikiran yang melayang2 ke mana2 itu benar.... kirain cuma aku yang hobi ngelamun ga jelas...
Post a Comment
<< Home